Jumat, 24 April 2015

Mengapa Rasulullah SAW Melarang Kita Minum Sambil Berdiri?

Mengapa Rasulullah SAW Melarang Kita Minum Sambil Berdiri?

Islam telah menetapkan adab bagi umatnya dalam melakukan sesuatu kegiatan bagi mendapat kesejahteraan. Begitu juga islam telah menetapkan adab-adab ketika minum. Rasulullah SAW menegah kita minum berdiri.

Di antara sebab di larang minum berdiri ialah, menurut pakar perubatan Dr Abdul Razzak Al-Kailani “Sesungguhnya makan dan minum duduk lebih baik dr segi kesihatan, lebih selamat, lebih puas; dimana makanan dan minuman lalu di dinding perut dgn tenang. Adapun minum berdiri menyebab cecair akan jatuh ke dasar perut dgn keras dan akan melanggar lapisan perut. Kalau perkara ini selalu berlaku dan lama masa berlalu akan menyebabkan perut akan longgar dan jatuh sehingga menyebabkan susah nak hadam. Begitu juga dengan makanan.”
Selain itu, ternyata secara perubatan, dalam tubuh kita terdapat penapis sfringer. Saringan tersebut dapat terbuka ketika kita duduk, dan tertutup ketika kita berdiri. Air yang kita minum belum 100% steril untuk di olah oleh badan. Apabila kita minum sambil berdiri, maka air tidak tersaring oleh sfringer kerana tertutup. Air yg tidak tersaring oleh sfringer terus masuk ke kantung kencing, boleh mnyebabkan penyakit kristal ginjal.

Subhanallah, ternyata tiap perintah dan larangan Rasul pasti bermanfaat bagi umatnya!

Terapi air putih : JANGAN LUPA BANYAKKAN MINUM AIR MASAK..
1.    Minum 2 gelas air setelah bangun tidur – Dapat membersihkan organ-organ internal.
2.   Minum segelas air 30 minit sebelum makan -Dapat membantu fungsi seluruh pencernaan dan ginjal.
3.    Minum segelas air sebelum mandi -Dapat menurunkan tekanan darah.
4.    Minum segelas air sebelum tidur -Dapat mencegah stroke dan serangan jantung.

“Demi MASA! Sesungguhnya manusia itu dalam kerugian, kecuali  orang-orang yang beriman,dan yang beramal soleh  dan yang berpesan-pesan kepada kebenaran  dan yang berpesan-pesan kepada kesabaran”. ~Surah Al-’Asr.

Kamis, 23 April 2015

Sejarah Singkat IPNU



Sejarah Singkat IPNU
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) adalah organisasi kader yang lahir atas tuntutan sejarah. Ia merupakan bagian integral dari potensi generasi muda Indonesia yang menitikberatkan bidang garapannya pada pembinaan dan pengembangan pelajar dan santri. Dua segmen tersebut merupakan pilar utama keberadaan IPNU yang harus terus dikembangkan secara dinamis, sesuai dengan tuntutan perkembangan dan kebutuhan masyarakat.Keputusan Kongres Surabaya yang mengembalikan IPNU ke “habitat”nya adalah kesadaran akan sejarah yang penting. Hal ini karena IPNU lahir atas tuntutan kebutuhan untuk menghimpun pelajar NU. Kebutuhan akan wadah bagi pelajar NU tersebut sebenarnya sudah sejak lama dirasakan mendesak. Hal ini sangat disadari oleh para pelajar pada saat itu, sehingga secara lokalistik banyak berdiri IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA
Mandat, Sejarah, Jatidiri, dan Tantangan IPNUperkumpulan pelajar yang berafiliasi dengan Nahdlatul Ulama. Di antara organisasi pelajar itu adalah Tsamratul Mustafidin yang terbentuk pada tanggal 11 Oktober 1936 di Surabaya, Persatuan Anak-anak Nahdlatul Oelama (PERSANO), Persatuan Anak Moerid Nahdlatul Oelama (PAMNO) tahun 1941; Ikatan Moerid Nahdlatul Oelama (IMNO) pada tahun 1945, Ijtimaut Tholabah Nahdlatul Oelama (ITNO) pada tahun 1946, dan Subbanul Muslimin yang berdiri di Madura, serta masih banyak lagi yang lain.
Karena cakupan yang sangat lokalistik tersebut, maka akan sangat sulit dicapai penggalangan pelajar NU secara nasional. Sebab, dengan adanya perkumpulan-perkumpulan itu masih banyak terjadi kesenjangan antara mereka yang berasal dari pesantren, madrasah, dan sekolah umum, sehingga banyak mengalami kesulitan. Di samping bersifat kedaerahan, gerakan yang dilakukan oleh organisasi-organisasi tersebut tidak koordinatif. Akibatnya, tujuan gerakan yang dilakukan tidak dapat tercapai secara optimal.
Gerakan-gerakan organisasi pelajar ini baru terlihat menggeliat pada tahun 50-an dengan berdirinya beberapa organisasi pelajar lain, seperti Ikatan Siswa Muballighin Nahdlatul Oelama (IKSIMNO) pada tahun 1952 di Semarang, Persatuan Pelajar Nahdlatul Oelama (PERPENO) di Kediri, Ikatan Pelajar Islam Nahdlatul Ulama (IPINO), Ikatan Pelajar Nahdlatul Oelama (IPNO) di Surakarta dan lain sebagainya. Ikhtiar untuk terbentuknya organisasi pelajar NU pada level nasional terus dilaksanakan. Baru pada acara Konferensi Besar Ma’arif Nahdlatul Ulama seluruh Indonesia di Semarang, IPNU resmi diproklamasikan sebagai organisasi yang mewadahi pelajar Nahdlatul Ulama. Proklamasi berdirinya Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) itu tepatnya dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 1954, bertepatan dengan 20 Jumadil Akhir 1373. Pendirian organisasi itu dipelopori oleh para pelajar yang datang dari Yagyakarta, Semarang dan Surakarta, PEDOMAN KADERISASI IPNU seperti, M. Sofyan Cholil Mustahal, Achmad Masjhub dan A.Gani Farida M Uda. Dalam Konferensi tersebut, di samping menyepakati berdirinya organisasi, juga ditetapkan Ketua Umum Pimpinan Pusat. Terpilih sebagai Ketua Umum adalah Mohammad Tholchah Mansoer pada Muktamar (sekarang disebut Kongres) I yang diadakan di Malang pada tanggal 28 Februari-5 Maret 1955, yang diikuti tidak kurang dari 30 cabang dan beberapa utusan pesantren.
Muktamar ini menjadi pijakan penting bagi IPNU karena di dalamnya terdapat salah satu keputusan penting yaitu legalisasi organisasi. Pada perhelatan ini jugalah IPPNU lahir, tepatnya pada 2 Maret 1955 (meski awalnya bernama IPNU Putri). Beberapa bulan sebelumnya, gagasan terhadap pendirian organisasi pelajar NU putri ini sudah bergulir. Hal ini karena IPNU hanya beranggotakan pelajar putra. Oleh karena itu, beberapa remaja putri yang sedang menuntut ilmu di Sekolah Guru Agama (SGA) Surakarta, menggagas perlunya wadah bagi pelajar putri NU. Akhirnya dibentuklah tim perintisan IPNU Putri pada kongres I IPNU di Malang Jawa Timur. Selanjutnya disepakati dalam pertemuan tersebut bahwa peserta putri yang hadir di Kongres Malang dinamakan IPNU Putri.
Dalam suasana Kongres tersebut, nampaknya keberadaan IPNU Putri masih diperdebatkan secara alot. Menyikapi hal itu, maka pada hari kedua kongres peserta putri yang hanya diwakili lima daerah (Yogyakarta, Surakarta, Malang, Lumajang, dan Kediri)—terus melakukan konsultasi dengan ketua PB LP. Ma’arif NU, KH. Syukri Ghozali dan Ketua PP Muslimat NU, Mahmudah Mawardi.
Akhirnya pada tanggal 2 maret 1995M/8 Rajab 1374 H IPNU Putri di deklarasikan. Pada hari itu pula ditetapkan sebagai hari kelahiran IPNU Putri dan untuk menjalankan roda organisasi, ditetapkan sebagai Ketua Umum pertama yaitu Umroh Mahfudhoh. Selanjutnya Pimpinan Pusat memberitahukan dan memohon pengesahan resolusi pendirian IPNU Putri kepada PB LP. Ma’arif NU yang kemudian IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMA Mandat, Sejarah, Jatidiri, dan Tantangan IPNU disetujui dengan merubah nama IPNU Putri menjadi IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama).Pada era itu Indonesia dilanda distabilitas politik. Kondisi ini disebabkan pertarungan ideologi antarkekuatan partai politik dan diperparah dengan keterlibatan militer dalam panggung politik.
Konflik politik dan ideologi dalam pentas nasional di atas telah merembes pada semua organ underbow parpol. Kondisi ini memaksa organ-organ muda pun terbelah dalam pertentangan ideologis sesuai dengan afiliasi politik masing-masing. Garis front kiri dan front kanan dalam organ kaum muda kian jelas. Perpecahan terjadi antara GMNI, HMI, GMKI, PMKRI, dan Germasos. HMI berafiliasi ke Masyumi, GMNI ke PNI, Germasos ke PSI, dan IPNU serta neven-neven NU lainnya berafiliasi ke Partai NU.Dalam pergolakan itulah, IPNU terus meniti garis perjuangannya sambil terus melakukan konsolidasi internal. Setelah berjalan dua tahun, Muktamar II IPNU dan Muktamar I IPPNU diselenggarakan di Kota Batik Pekalongan pada 1-5 Januari 1957. Kebijakan-kebijakan strategis yang dirumuskan dalam muktamar ini antara lain konsolidasi organisasi dan pengembangan cabang-cabang ke luar Jawa dan pondok pesantren. Sejak muktamar ini, penataan organisasi dan pengembangan cabang-cabang dicanangkan.Selanjutnya, Muktamar III dan II dilaksanakan di Cirebon pada 27 Desember 1958 - 2 Januari 1959. Krisis politik dan ekonomi menjadi salah satu bahan pembahasan. Pengembangan cabang masih menjadi prioritas. Juga diputuskan penerbitan buku Panduan Organisasi, Administrasi dan Pola Kerja Organisasi. Muncul gagasan pembentukan Departemen Perguruan Tinggi sebagai respons atas desakan pendirian IMANU. Kepengurusan hasil Muktamar Cirebon ini dalam perjalanannya memiliki dinamika dan mencatat peran sejarah tersendiri. Salah satu keputusan monumentalnya adalah IPNU telah PEDOMAN KADERISASI IPNUmembidani lahirnya Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), sebuah organ khusus mahasiswa di kalangan NU.
Dua tahun setelah itu dilaksanakan Muktamar IV/III IPNU-IPPNU pada 11-14 Pebruari 1961 di Yogyakarta. Dalam Muktamar ini, dihasilkan 9 Program Kerja dan Rekomendasi, pemantapan pendirian PMII, penggantian istilah Muktamar menjadi Kongres, finalisasi lambang IPNU dll. Kongres V/IV dilaksanakan di Purwokerto pada Juli 1963 masih dalam setting instabilitas politik dan ekonomi. Situasi ini menuntut peserta kongres memberikan respon dalam agenda-agenda sidang yang kemudian dijadikan sebagai rekomendasi. Dalam kongres ini diputuskan peneguhan menyebutkan NU dalam IPNU untuk selamanya. Hal ini dilakukan karena muncul gagasan kontroversial untuk menghilangkan kata “NU” dalam akronim “IPNU”.
Kongres VI/V dilaksanakan di Surabaya pada 20-24 Agustus 1966. penyelenggaraan kongres ini berada di tengah situasi politik dalam negeri yang sedang panas-panasnya. Sebagai respons atas situasi ini, IPNU mengkonsolidir “sayap militer”nya yaitu Corp Brigade Pembangunan (CBP). Respons politik diberikan oleh IPNU-IPPNU bukah hanya dengan pernyataan sikap, melainkan juga dengan aktif turun ke jalan. Melalui Kongres ini dirumuskan penguatan organ dengan sebutan gerakan penguatan ranting, perencanaan pelatihan, pembinaan kader dan sosialisasi Aswaja. Dalam kongres ini pula IPNU-IPPNU merumuskan Sistem Pendidikan NU. Di samping itu, juga diputuskan tentang pemindahan kantor pusat IPNU dari Yogyakarta ke Jakarta.Kongres berikutnya, Kongres VII/VI diselenggarakan di Semarang pada 20-25 Agustus 1970. Kongres ini merupakan yang pertama dilaksanakan pada masa Orde Baru. Selain berbagai keputusan internal, seperti ikrar tentang IPNU sebagai satu-satunya organ santri dan pelajar NU, kongres juga memberikan respons politik IKATAN PELAJAR NAHDLATUL ULAMAMandat, Sejarah, Jatidiri, dan Tantangan IPNUterhadap perkembangan dalam atmosfir politik berkaitan dengan konsolidasi Orde Baru yang mulai menunjukkan watak otoritarian-birokratiknya. Kongres ini juga mengkritisi militerisme dan desakan menaikkan anggaran pendidikan sampai 25% dari APBN.
Kongres VIII/VII diselenggarakan agak terlambat sebagai implikasi atas penjinakan yang dilakukan oleh Orde Baru. Secara sistematis Orba melakukan pengebirian terhadap Ormas dan meluncurkan kebijakan penyeragaman ideologi, depolitisasi dan deideologisasi. Kongres yang seharusnya dilaksanakan pada 1973 itu baru dapat terlaksana pada 26-30 Desember 1976 di Wisma Ciliwung Jakarta. Selain penyempurnaan PD/PRT dan perumusan Program kerja, pada Kongres ini juga dibangun aliansi strategis antar-pelajar.Kongres selanjutnya adalah Kongres IX/VIII yang dilaksanakan di Cirebon pada 20-25 Juni 1981. Kongres ini menghasilkan berbagai keputusan penting menyangkut pola program organisasi, penguatan pelatihan, pengesahan Pedoman Pengkaderan dll.
Setelah sempat tersendat-sendat akhirnya IPNU-IPPNU berhasil menyelenggarakan Kongres X/IX di Pondok Pesantren Mamba’ul Maarif, Denanyar Jombang pada 29-31 Januari 1988. Kongres ini mencatat sejarah penting karena dalam perhelatan itulah, IPNU-IPPNU terpaksa merubah singkatan menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama dan Ikatan Putri-Putri Nahdlatul Ulama. Langkah ini diambil sebagai upaya untuk menyesuaikan dengan UU No.8/1985 tentang Keormasan. Melalui UU itu dan sederetan peraturan lain, pemerintah melarang keberadaan organisasi pelajar kecuali OSIS. Selanjutnya, Kongres XI/X diselenggarakan di Lasem Rembang pada 1992. Sebagaimana Kongres-Kongres sebelumnya, pada Kongres ini terjadi revisi PD/PRT dan dirumuskan berbagai langkah strategis untuk memberdayakan pelajar dan remaja pada umumnya. Setelah mengarungi perjalanan yang terjal dan berliku, akhirnya PP IPNU dan IPPNU menyelenggarakan Kongres XII/XI di Garut, Jawa PEDOMAN KADERISASI IPNUBarat pada 10-14 Juli 1996. Melalui kongres ini, periode Pimpinan Pusat diubah dari lima tahun menjadi empat tahun. Usia maksimum yang awalnya 32 tahun menjadi 35 tahun. Kongres ini berlangsung pada akhir kekuasaan Orde Baru. Jaringan dengan berbagai organ lain dibangun pada masa kepengurusan hasil kongres ini. IPNU-IPPNU juga ikut membidani lahirnya Forum Komunikasi Pemuda Indonesia bersama PMII, GMNI, PMKRI, GMKI dan Hikmabudhi.Kongres selanjutnya yaitu kongres XIII/XII yang dilaksanakan di Makassar pada 22-26 Maret 2000 dan dihadiri oleh Presiden Gus Dur.
Hal yang monumental dalam kongres ini adalah lahirnya Deklarasi Makassar yang menguatkan basis IPNU-IPPNU pada pelajar (siswa dan santri), dengan tetap menggarap remaja usia pelajar pada umumnya. Setelah kongres ini, IPNU-IPPNU melakukan gebrakan dengan mendirikan komisariat IPNU-IPPNU di sekolah, pesantren dan perguruan tinggi.Kongres berikutnya yakni kongres XIV IPNU dan Kongres XIII IPPNU yang dilaksanakan pada 18-24 Juni 2003 di Asrama Haji Sukolilo Surabaya. Kongres terakhir ini menorehkan catatan sejarah mahapenting dalam perjalanan IPNU-IPPNU. Dalam kongres inilah kegelisahan untuk kembali menjadi organisasi pelajar menemukan puncaknya. Dengan dimotori oleh Jawa Tengah Kongres yang berjalan sangat alot akhirnya berhasil mengembalikan IPNU-IPPNU ke khittah-nya. IPNU berubah menjadi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan IPPNU menjadi Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama.
Babak baru perjalanan IPNU-IPPNU dimulai. Keputusan untuk mengembalikan IPNU-IPPNU ke pelajar dianggap menjadi pilihan yang terbaik di tengah perubahan dan kompleksitas tantangan yang dihadapi Nahdlatul Ulama. Paling tidak ada dua alasan besar yang dapat dikemukan. Pertama, dari sisi kesejarahan, kembali ke pelajar dianggap penting karena perubahan nama menjadi “Putra” dan “Putri-Putri” pada tahun 1988 adalah kecelakaan sejarah.

Kamis, 09 April 2015

Kabupaten Pekalongan


Kabupaten Pekalongan, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Kota Kajen . Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa dan Kota Pekalongan di utara, Kabupaten Batang di timur, Kabupaten Banjarnegara di selatan, serta Kabupaten Pemalang di barat.
Pekalongan berada di jalur pantura yang menghubungkan Jakarta-Semarang-Surabaya. Angkutan umum antarkota dilayani oleh bus dan kereta api (di Kota Pekalongan).

Asal nama
Kata Pekalongan berasal kata kalong, yang berarti "kelelawar" dalam bahasa Jawa. Menurut legenda, Raden Bahu, seorang abdi dalem Sultan Agung, pernah melakukan tapa ngalong (bertapa seperti kelelawar) di daerah ini.
Geografi
Bagian utara Kabupaten Pekalongan merupakan dataran rendah; sedang di bagian selatan berupa pegunungan, bagian dari rangkaian Dataran Tinggi Dieng. Sungai-sungai besar yang mengalir diantaranya adalah Kali Sragi dan Kali Sengkarang beserta anak-anak sungainya, yang kesemuanya bermuara ke Laut Jawa. Kajen, ibukota Kabupaten Pekalongan, berada di bagian tengah-tengah wilayah kabupaten, sekitar 25 km sebelah selatan Kota Pekalongan.

Pariwisata
Pekalongan telah lama dikenal sebagai kota batik, dan salah satu pusat produksi batik berada di Kecamatan Buaran dan Wiradesa. Beberapa nama produsen batik yang cukup dikenal diantaranya Batik Humas (singkatan dari Husein Mohammad Assegaff). Sedangkan pabrik sarung (kain palekat) terkenal di Pekalongan antara lain Gajah Duduk dan WadiMoor.
Di bagian selatan terdapat daerah wisata pegunungan Linggo Asri, terletak 37 km sebelah selatan Kota Pekalongan arah Kajen (dari jalan Jakarta-Semarang pertigaan Wiradesa ke selatan atau dari kota Pekalongan arah Buaran), dimana daerah tersebut terdapat pemandian dan taman bermain seta wisata hutan pinus milik Perum Perhutani dan juga terdapat komunitas masyarakat Hindu di Pekalongan.Disini terdapat peninggalan berupa lingga dan yoni yang terletak sekitar 500 meter dari kompleks pemandian linggo asri.
Sebenarnya masih banyak potensi wisata yang dapat dikembangkan di Kabupaten Pekalongan, antara lain, Pantai Sunter DepokEkowisata Petungkriyono, Wisata Air, Wisata hutan, Wisata budaya dll. Pekalongan masih menunggu investor yang ingin mengembangkan obyek wisata ini.
Buat penikmat makanan, Pekalongan menyediakan wisata kuliner berupa Taoto dan nasi megono, Taoto adalah sejenis soto yang dibuat dengan kuah taoco dan dengan daging serta jerohan kerbau. Sedang megono adalah cacahan nangka muda yang dibumbui parutan kelapa dan dikukus yang cocok buat dinikmati saat masih panas.

Makanan Khas
Pekalongan memiliki banyak makanan khas yang sangat unik dan enak, antara lain : Megono, yakni irisan nangka muda dengan bumbu sambal kelapa. Rasanya gurih dan pedas, biasanya dihidangkan ketika masih panas dengan menu tambahan lalapan pete serta ikan goreng. Di [Kabupaten Pekalongan] bagian selatan biasanya makanan ini dibuat ketika sedang hajatan yang kemudian diberikan untuk oleh-oleh para tamu undangan. Kebiasaan ini telah dilakukan turun temurun dari zaman dahulu kala. Nasi ini dibungkus dengan daun jati atau juga bisa dengan daun pisang, dan mereka biasa menyebutnya dengan nama "Sego Gori"(Nama lain dari Megono). Taoto, Sejenis sup daging kuah kental khas pekalongan dengan bumbu khas Taoco yaitu kedelai yang dibusukan hingga kental. Pindang Tetel, Sebetulnya makanan ini sejenis dengan soto juga, namun perbedaanya adalah pada bumbu kuahnya yang diolah dengan menggunakan buah pucung yang sudah masak. Iwak Panggang, Ikan ini adalah ikan laut yang kemudian diolah dengan proses pengasapan, sehingga ikan tersebut akan berubah warna, rasa dan aroma. Bau ikan panggang ini sangat khas dan banyak kita jumpai di pasar-pasar tradisional [Kabupaten Pekalongan]. Biasanya ikan panggang ini diolah dengan disambal, dipecak, disayur dan digoreng.
Wajik kletik,adalah jenis wajik terbuat dari beras ketan ditambah gula merah dan parutan kelapa dincampur jadi satu dan dicetak, makanan ini sangat cocok buat oleh oleh.

Lain Lain
pekalongan memmpunyai dialek sendiri, ada dialek yang biasanya diakhiri dengan kata "ra". Contoh: ojo koyo kui ra (jangan seperti itu ya). Semakin ke selatan dipengaruhi dialeg selatan, yaitu sebuah kalimat kemungkinan selalu di ikuti kata "ndean", kemudian Cok-e, yang berarti kemungkinan seperti: wis mangan, ndean !? wis mangan,cok-e !? sama dengan "sudah makan, mungkin",selain itu ada juga kata "pak ora si" yang artinya "Biar sajalah". Budaya Pekalongan sebagai Kota Santri selalu terbalut dengan tatanan masyarakat kaum yaitu Islamis dengan memegang norma - norma dan adat istiadat,untuk wilayah Kedungwuni ada sebuah kata yang cukup unik yaitu "jare basan", ini akan selalu terdengar sepertinya "Pak Basan" orang yang sangat pandai....ternyata jare basan itu adalah "paribasan/lega ngatine/seumpamanya" Banyak orang - orang asli Pekalongan yang berhasil menduduki jabatan / karier tinggi baik di tatanan pemerintahan maupun swasta. Keberhasilan orang - orang yang merantau selalu membawa nama harum buat kota Pekalongan.
Pekalongan merupakan kota yang ramah dan santun.

sumber wikipedia 

Rabu, 08 April 2015

MANUSIA DICIPTAKAN FI AHSANI TAQWIM

 

Dalam Alquran (QS 95: 4), Allah SWT menyatakan manusia diciptakan dalam sebaik-baik bentuk, ahsanu taqwim. Maksudnya, manusia diciptakan dalam tampilan dan sosok fisikal yang sedemikian rupa memenuhi standar dan syarat untuk bisa menjalani kehidupannya di dunia yang penuh tantangan ini. 

Ini artinya, manusia diciptakan dengan memenuhi standar kelayakan untuk mampu menjalani kehidupan, yakni diberi organ tubuh yang lengkap dan sehat sebagaimana lazimnya. Bahasa teknisnya, manusia lahir ke dunia dalam keadaan sehat jasmani dan rohani. Jadi, yang dimaksud dengan ahsanu taqwim bukanlah berkaitan dengan persoalan estetika erotis: cantik, tampan, langsing, atletis, dan sejenisnya. 

Masalah cantik, tampan, dan seterusnya tergantung dari bahan mentahnya. Lantas mengapa kita tidak jarang menjumpai anak-anak yang lahir dalam keadaan tidak normal, lahir tidak sebagaimana lazimnya? Misalnya, lahir cacat fisik, cacat mental, dan semacamnya? Siapakah yang salah? Tuhankah, dengan pertimbangan Dia sebagai Khalik (Pencipta)? Jika memang Tuhan, berarti Dia menyalahi karakter azali-Nya untuk menciptakan manusia hanya dalam sebaik-baik bentuk.

Untuk meneropong masalah ini, ada baiknya jika merujuk pada disiplin Ulumul Quran. Menurut Hamim Ilyas, doktor Ulumul Quran dari IAIN Sunan Kalijaga, ketika Tuhan, di dalam Alquran, mengidentifikasi suatu perbuatan yang merujuk pada-Nya dengan kata ganti 'Kami' (Nahnu, Inna, dan sejenisnya), pola seperti itu menunjukkan bahwa di dalam proses perwujudan perbuatan tersebut ada keterlibatan pihak (subjek) lain, bukan hanya aktivitas Dia sendiri.

Misalnya, ketika Tuhan menyatakan, 'Sesungguhnya Kami (Inna) yang menurunkan Alquran dan sesungguhnya Kamilah yang akan menjaganya', mengandung pengertian bahwa bukan Tuhan sendirian yang aktif menjaga Alquran, tetapi melibatkan pihak lain. Pihak lain itu bisa saja para penghafal Alquran, ulama, kiai, dan umat Islam pada umumnya.

Begitupun halnya ketika Tuhan mengidentifikasi dengan kata 'Kami' dalam hal penciptaan manusia, ''Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk.'' (At-Tiin: 4). Ayat ini menunjukkan adanya pola kerja sama antara Tuhan dan makhluk-Nya di dalam proses terwujudnya perbuatan tersebut (menciptakan manusia). Jadi, ahsanu taqwim kita bukanlah semata-mata hasil kerja Tuhan sendiri, kun fayakun, jadilah indah (ahsanu taqwim)! Ada keterlibatan/peran kita di dalam prosesnya.

Manusia ikut berperan dalam menentukan indah atau tidak bentuk ciptaan Tuhan atas manusia. Dan, Tuhan tidak pernah salah! Mengapa anak-anak lahir cacat? Banyak faktor manusiawi yang melatarinya, misalnya, karena orang tuanya suka berganti pasangan sehingga tertular penyakit kelamin; karena orang tuanya tidak menjaga kesehatan tubuhnya saat mengandung; karena pemerintah menoleransi perzinahan dan pelacuran; karena pemerintah tidak memperhatikan kesehatan kaum perempuan. Kesehatan kelamin, kesehatan fisik kaum perempuan (yang hamil), sangat berpengaruh bagi terwujud atau tidaknya ahsanu taqwim. Wallahu a'lam. (Munirul Ihwan)

Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

asa. Diberdayakan oleh Blogger.

Pages

jam

Aini

Popular Posts

 

Followers

 

globe

Templates by Nano Yulianto | CSS3 by David Walsh | Powered by {N}Code & Blogger